“Wah asyik ya bisa jalan-jalan terus”, “fotonya keren”, “jangan lupa oleh-olehnya”. Begitulah contoh beberapa komen di media sosial gue ketika habis upload pamer foto-foto traveling. Sesungguhnya mereka tidak tahu kalau traveling itu bukan cuma enak tetapi enaaak banget hehehe. Untuk dapet yang enak banget itu, tentulah gue mengalami kejadian-kejadian seru selama perjalanan.
“Traveling bukan tentang tujuan melainkan menikmati perjalanan itu sendiri”.
Gue dan Zee (teman akrab sejak SMA) memutuskan untuk traveling ke Bali lewat darat karena kami memang belum pernah ke Bali dan juga beberapa daerah di pulau Jawa. Karena gue tinggal di Palembang sementara Zee tinggal di Jakarta maka starting point perjalanan kami dimulai dari Jakarta. Kami memadukan berbagai transportasi darat seperti kereta api dan bus untuk menikmati petualangan ke Bali.
Dibalik foto-foto pamer di media sosial tersimpan pengalaman pahit dan manis selama traveling lewat darat. Pengalaman ini gue tulis di blog agar teman-teman yang berencana untuk traveling tidak kaget jika harus mengalami berbagai kejadian yang pahit ataupun manis selama perjalanan, anggap saja itu vetsin alias MSG yang membuat traveling semakin sedap dan nagih seperti elo yang susah lepas dari makan indomie hehehe.
Pemilihan Rute
Kalau gue memilih rute seperti di bawah ini. Rute tersebut dipilih karena gue belum pernah ke Malang dan Banyuwangi serta gue tuh kangen terus pengen ke Jogja.
Jakarta – Malang – Bali– Banyuwangi – Jogjakarta – Jakarta.
Teman-teman bisa mengatur dan memilih rute-rute lainnya tergantung waktu, minat, kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Untuk rute gue diatas dibutuhkan waktu traveling selama 2 minggu. Jadi pemilihan rute ini sangatlah personal. Gue kasih contoh rute lainnya yang bisa di pilih yaitu: Jakarta – Bandung – Jogja – Semarang – Surabaya – Bali – Malang – Jakarta.
Dari Jakarta ke Malang, kami naik kereta ekonomi Matarmaja yang berangkat sore dari stasiun Senen lalu sampai ke stasiun Malang Kota jam 8 pagi keesokan harinya. Habislah pantat gue dimakan kursi kereta api ekonomi. Di Malang kami akan stay 2 hari untuk menikmati wisata terutama pergi ke kota Batu untuk memetik Apel. Dari Malang perjalanan akan dilanjutkan ke Denpasar dengan naik bus malam lalu menyeberang dari pelabuhan Ketapang Banyuwangi ke pelabuhan Gilimanuk Bali.
Di Bali kami akan menghabiskan waktu di Denpasar dan Ubud selama 5 hari setelah itu pulang menuju Banyuwangi dengan naik bus, perjalanan dilanjutkan ke kota Jogja naik kereta api ekonomi lalu stay di Jogja sehari, kemudian pulang ke Jakarta naik kereta api ekonomi lagi, lalu gue pulang ke Palembang.
Rencana yang sempurna, sampai saat dijalani tidaklah seindah mimpi, traveling ke Bali yang cuma 2 minggu saja penuh drama apalagi perjalanan dalam pernikahan yang diharapkan seumur hidup #jomblowatibijak
Yang pahit-pahit dulu deh
Menginap di hotel tua dan serem di Malang
Akibat nyari hotel go show jadilah kami dapet hotel M*****A nama yang sama persis dengan nama penyanyi dangdut “Cinta Satu Malam”. Hotel ini gue pilih karena lokasinya strategis dekat dengan alun-alun kota Malang dan masjid Agung Malang plus harganya murah cuma 110 ribu semalam. Gue tidak menyangka jika hotel ini bangunannya tua karena ternyata lokasi lobby dan bangunan hotel terpisah. Lobby dan resepsionis hotel ada di pinggir jalan raya di depan Holland Bakery tetapi hotel tempat kami menginap ada di belakang lobby dengan bangunan terpisah dan lokasinya masuk ke dalam sedikit dari jalan raya. Hotel ini hanya satu lantai, bentuk bangunannya seperti rumah sakit, semua warna bangunan putih, merupakan gedung tua entah bekas gedung apa di masa lalu. Jangan-jangan memang rumah sakit dulunya. Semoga tidak ada suster ngesot di sini.
Pas masuk ke dalam hotel, kamarnya berbau lembab dan apek, ranjang kayu dengan kasur dan seprai putih yang dingin, lemari dan kursi pun kayu. Masuk ke kemar mandi juga sama, kloset dan bak kamar mandi juga sudah tua dan usang begitu juga ubin di lantainya masih terbuat dari batu yang berwarna coklat. Untunglah di depan lobby hotel tadi ada toko seprai murah, gue sempat membeli seprai sehingga ranjang hotel seprainya berwarna, sumpah mengganti seprai mampu mengubah ruangan sehingga kamar kami tidak seperti kamar di rumah sakit.
Suasana bertambah seram karena Malang hujan terus sehingga suasana hotel menjadi lebih dramatis. Gue emang nggak bisa melihat makhluk halus sih tapi selama tinggal di hotel, tidur gue nggak nyenyak tapi biasanya memang begitu kan kalau tidur di tempat baru pasti belum kerasan.
“Ti-ati ya Pesan hotel go show beresiko dapet hotel serem dan angker”.
Nerakanya Transportasi Darat
Gue kira dari Malang ke Bali itu dekat, rupanya jauh sekali apalagi ditempuh dengan bus meskipun ber-AC. Rasanya tidak sampai-sampai ke Bali. Ternyata jalan raya di Bali sangat jelek kondisinya, kaget rasanya mengingat Bali ini pusat pariwisata Indonesia dan sangat terkenal di mancanegara. Kalau ditanya asal sama bule, lalu gue jawab dari Indonesia pada banyak yang nggak tahu tapi kalau bilang Bali mereka tahu, tapi sungguh terlalu jika jalanan di Bali tidak sesuai dengan citra pariwisatanya.
Pulang dari Bali naik bus ekonomi justru menambah penderitaan, sudah jalan jelek, kondisi bus butut ditambah penumpang dijejalkan masuk pakai bangku tembak di tengah membuat gue merasa seperti hewan ternak.
Kondisi terminal di Bali juga membuat gue mengelus dada, dada sendiri. Terminal Ubung di kota Denpasar kotor dan semrawut. Sebenarnya ada terminal yang lebih bagus kondisinya karena baru dibangun yaitu terminal Mengwi tapi lokasinya jauh sekitar 45 menit dari kota Denpasar dan keadaanya sepi. Bus-bus lebih senang mangkal di terminal Ubung.
Angkot di Denpasar sudah langka alias sedikit sekali jumlahnya, kebanyakan penduduk maupun turis menggunakan sepeda motor. Kami berdua harus menunggu sekitar satu jam di dalam angkot menunggu penumpang penuh dari terminal Ubung ke pusat kota Denpasar.
Hayati sungguh lelah bang Zainuddin. Karena kami tidak bisa mengendarai motor, tidak punya SIM dan nggak ngerti jalan akhirnya kami tidak menyewa motor untuk mengeksplore Bali, kami hanya mengandalkan naik bis trans Serbagita (busway) yang terbatas rutenya, angkot dan taxi.
Terjebak macet di Kuta dan di Ubud
Liburan ke Bali pas peak season saat libur natal dan tahun baru adalah kesalahan fatal, daerah Kuta dan Legian macet parah di malam hari terutama pas weekend. Gue dan Zee terjebak macet tidak bisa keluar dari area Kuta dan Legian, untunglah kami bertemu tukang ojek yang bersedia mengantar kami menuju toko oleh-oleh Krisna Bali dengan menembus kemacetan melewati gang-gang yang juga jadi macet karena pengendara motor juga mencari jalan tikus untuk keluar dari Kuta.
Sementara di Ubud kami juga terjebak macet saat ada perayaan pawai Ogoh-Ogoh dimana masyarakat Ubud memakai baju putih-putih memenuhi jalan sambil membawa Ogoh-Ogoh membuat jalan raya tidak bisa dilewati kendaraan. Terjebak macet saat tubuh sangat lelah membuat gue frustrasi dan pengen nangis karena gue ingin segera sampai ke guesthouse untuk istirahat.
“Jangan ke Denpasar pas musim liburan, sering macet oleh motor yang rame banget di jalan-jalan area turis”
Melihat adegan mesum di atas kapal
Di bus yang kami naiki dari Malang ke Bali ini terdapat pasangan cewek Indonesia dan bule yang masih sama-sama muda, mereka membuat gerah penumpang di bus karena asyik bermesraan. Bus memasuki pelabuhan Ketapang Banyuwangi lalu masuk ke dalam kapal ferry yang akan menyeberang ke pelabuhan Gilimanuk Bali. Semua penumpang turun dari bus dan masuk ke dalam kapal. Kami mulai mencari lapak yang enak buat duduk dan ngobrol. Karena semua sisi kapal sudah penuh orang, gue dan Zee memutuskan naik ke bagian paling atas di dek kapal, di sini relatif sepi orang sehingga lebih leluasa melihat pemandangan malam dengan lampu-lampu berkilauan dan hembusan angin laut yang kuat dan dingin.
Tiba-tiba mata gue melihat sesuatu di pojokan kapal yang sangat gelap, sesuatu yang bergerak-gerak ditutupi kain sarung, lalu gue dan Zee memperhatikan itu apaan. Hembusan angin laut yang kencang menyingkap sesuatu di balik sarung, rupanya mbak Indonesia dan mas bule melanjutkan kegiatan yang belum tuntas di dalam bus tadi. Tega banget si mbak dan mas bule ini, mereka tidak ada rasa perikejombloan terhadap yang jomblo-jomblo ini, kok ya nggak ngajak-ngajak gitu bermesraanya. Sementara itu Zee mengucap istighfar berkali-kali. Akhirnya dua sejoli itu pindah mencari lapak ke tempat lain karena dek kapal paling atas ini mulai didatangi banyak penumpang.
Di atas kapal ferry ini untuk pertama kalinya gue merasa malu menjadi perempuan Indonesia. Ah Itu cuma oknum, gue coba menghibur diri.
“Bermesraan perhatikan tempat, kasihanilah para jomblo”
Diskriminasi di Guesthouse
Di Kuta gue menginap di guesthouse di Poppies Lane (area backpacker) di Denpasar dimana banyak terdapat penginapan murah. Gue lupa nama guesthouse tempat gue menginap, yang gue inget guesthouse tersebut berada di dalam gang dan memiliki kolam renang. Karyawan di guesthouse ini telah melakukan tindakan diskriminasi terhadap gue dan Zee yang merupakan wisatawan lokal. Sarapan akan diantar di pagi hari dan diletakkan di atas meja teras kamar tamu, begitulah aturannya. Tapi sampai jam 9 pagi sarapan kami belum diantar, lalu gue melihat ke teras kamar-kamar yang lain sudah diantar bahkan sudah habis isinya. Gue melihat bule-bule sudah asyik berenang di kolam sambil menikmati sarapan mereka.
Gue telpon dong resepsionis guesthouse menanyakan sarapan gue dan komplain mengapa belum diantar, gue sabar menunggu sampai satu jam berikutnya sarapan gue tetap belum diantar juga. Akhirnya gue datang ke resepsionis dan meminta jatah sarapan gue dan Zee, baru deh karyawannya bergerak untuk membuatkan kami sarapan saat itu juga karena sarapannya sudah habis yang terdiri dari roti tawar dengan selai, air teh dan 2 potong buah semangka #bangkebanget.
Gue bukan marah perkara sarapannya karena gue bisa beli di tempat lain tapi perbedaan perlakuan antara kami yang turis lokal dengan turis-turis bule yang lain yang membuat gue sakit hati dan murka, padahal kami membayar harga yang sama untuk kamar yang kami pesan. Bagaimana bisa kepada saudara sebangsa kok perilakunya diskriminatif begitu. Gue sumpahin tuh guesthouse bangkrut.
“Kalau ke Bali dandan ala bule aja“
Belanja bikin nelangsa
Di Denpasar ini hobi gue belanja yang impulsif alias tanpa pikir panjang kambuh saat mengunjungi pusat oleh-oleh Krisna Bali, melihat barang-barang yang lucu dengan harga murah membuat gue kalap untuk borong, setelah sampai guesthouse gue nyesel. Perjalanan masih panjang, sementara kami cuma membawa backpack, nggak mungkin bawa kantong belanja oleh-oleh yang berat. Akhirnya gue memutuskan untuk mengirim paket oleh-oleh tersebut melalui JNE atau Tiki gue lupa, harga mengirim paket tersebut sebesar 200 ribu rupiah lebih. Sungguh harga fantastis, setengah harga dari oleh-oleh yang gue beli. Tambah nelangsa jadinya saat belanja dan tahu harga barang-barang di pasar Sukowati Gianyar lebih murah dari Krisna. Kalau sudah begini sesalpun tiada guna.
“Lebih baik nyesel belanja daripada nyesel nggak belanja” itu sudah prinsip kisanak
Dimana sawahnya?
Gue belanja di minimarket di Ubud lalu melihat susunan postcard yang dijual. Gue membeli beberapa postcard sebagai suvenir kemudian bertanya dengan salah satu penduduk lokal yang sedang belanja dimana letak sawah indah yang gue lihat di postcard dengan tulisan Sayan Ubud. Lelaki yang gue tanya memberikan jawaban mengejutkan kalau sawah indah tersebut sudah tidak ada berganti dengan resort-resort yang dibangun di sana. Sayang sekali sawah cantik tersebut harus kalah dengan kepentingan bisnis properti.
Persahabatan nyaris bubar
Bersahabat selama 13 tahun tidak menjamin gue dan Zee saling memahami satu sama lain, apalagi karakter kami sangat bertolak belakang. Benarlah kiranya jika traveling mampu membuka cangkang dan kulit kami sedalam-dalamnya sehingga kami mampu melihat diri kami dalam wujud seasli-aslinya. Gabungan rasa capek, lelah, ego dan suasana hati membuat masing-masing dari kami sensitif dan terpancing emosi.
Hanya kesabaranlah yang membuat kami bisa bertahan untuk menyelesaikan traveling ini sampai akhir meskipun akhirnya kami sadar kalau kami bukan travel mate yang cocok dan juga berbeda mindset. Hmm sebenarnya mindset beda itu biasa cuma harus open minded menyikapi perbedaan.
“Sahabat akrabmu atau sobat terbaikmu belum tentu cocok untuk jadi teman traveling, kualitas persahabatan juga tidak ditentukan oleh lamanya waktu”
Malam Tahun Baru Kelabu
Akhir tahun kami habiskan di Ubud yang lebih tenang dibandingkan Denpasar. Malam tahun baru Ubud diguyur hujan meskipun tidak deras tapi sukses membuat kami cuma mengurung diri di kamar guesthouse. Zee menghabiskan waktu dengan nonton drama korea secara streaming di internet sementara gue sebenarnya pengen nongkrong di cafe-cafe cakep yang banyak bertebaran di Ubud untuk bergaul dan ngobrol dengan turis-turis ataupun traveler-traveler lain tapi nongkrong di cafe bukanlah option yang bisa diterima oleh Zee.
Gue kecewa karena perjalanan ke Bali ini tidaklah mudah dan murah, sayang rasanya kalau tidak menikmati atmosfer kemeriahan malam tahun baru bersama traveler lain ataupun penduduk lokal. Bunyi kembang api berdentum-dentum tepat jam 00 pagi diantara rintik-rintik hujan di awal Januari.
Yang manis-manisnya
Yang pahit-pahit sudah, sekarang cerita yang manis-manisnya biar semangat traveling. Sebenernya pahit dan manis ini sifatnya relatif, bisa jadi yang pahit menurut gue biasa saja bagi orang lain sebaliknya yang biasa bagi orang lain berasa manis menurut gue.
Mencoba Kuliner Yang Enak-Enak
Selama traveling dari Jakarta ke Bali lewat darat gue berkesempatan menikmati berbagai kuliner dan jajanan yang bermacam-macam sampai badan gue tambah bulet saja sepulang traveling. Di daerah Jawa harga makanan murah-murah dan rasanya enak-enak. Sementara di Bali gue mengandalkan makan nasi Padang dan pecel lele karena halal, enak dan harganya terjangkau. Kuliner yang melekat di hati yaitu makan bakso Malang di Malang dan makan gelato pertama kali di Ubud.
Ditraktir temen lama dan dikasih angpau
Gue punya temen kuliah yang kerja dan tinggal di Malang, kami sudah lama tidak bertemu. Dia tahu gue sedang traveling ke Malang lewat media sosial sehingga dia menghubungi gue dan mengajak makan di restoran, sesudah di traktir gue dikasih salam tempel alias angpau. Gue sudah menolak tapi nggak enak juga di restoran banyak yang lihat kalau gue dan temen gue saling balik-balikin angpau, terpaksa diterima jadinya #ngeles hehehe. Malaikat ada dimana saja, dikirim oleh Tuhan untuk menolong para musafir.
“Traveling membuatmu bertemu keajaiban, malaikat-malaikat penolong yang dikirim Tuhan, jadi jangan takut, Tuhan bersama para musafir”
Melihat sunset terindah di pantai Kuta
Pantai Kuta memang sudah jadi tempat wisata mainstream di Denpasar sehingga banyak sekali turis yang berkunjung ke sana. Tapi harus gue akui sunset di Pantai Kuta termasuk salah satu sunset terindah yang pernah gue saksikan.
Bersepeda keliling Ubud untuk melihat sawah
Sewa sepeda di Ubud biayanya murah cuma 25 ribu seharian, jadilah gue dan Zee bersepeda untuk menuju sawah legendaris di Tegalalang. Kontur daerah Ubud yang berbukit-bukit membuat perjuangan naik sepeda begitu terasa. Rasa capek hilang setelah melihat sawah cantik ini.
Memetik apel di kota Apel
Kalau ke Malang gue pengen pergi ke kota Batu untuk memetik apel di kebunnya langsung, pasalnya gue pecinta buah jadi ini sudah jadi wish list untuk direalisasikan. Meskipun hujan tapi semangat kami tak padam. Sama seperti kalau ke Padang makan nasi Padang yang benar-benar Padang padahal rumah makan Padang ada dimana-mana tapi rasanya tetap beda.
Dapat Guesthouse Manja Di Ubud
Setelah dapet hotel serem dan diskriminasi sebelumnya, di Ubud gue dapet guesthouse manja. Karena terkesan dengan pelayanan guesthouse Pondok Frog Ubud ini membuat gue selalu teringat nama guesthouse yang lokasinya hanya sepelemparan kolor dari Monkey Forest. Pondok Frog ini hanya menyewakan 4 buah guesthouse sehingga pelayanannya sangat kekeluargaan.
Kamarnya cukup luas, ranjang dan bantal empuk, kamar mandi bersih, sarapan diantar ke meja di teras dengan menu yang lengkap terdiri dari nasi goreng, omelet, pancake, buah-buahan potong dan teh panas, selain itu kami bisa memasak di dapur terbuka yang terletak di luar guesthouse dan mencuci baju di mesin cuci yang disediakan di halaman. Pak Nyoman pemilik guesthouse sangat ramah kepada tamu, beliau tidak keberatan menurunkan lukisan besar di kamar saat gue minta lukisan itu untuk diturunkan karena gue tidak nyaman melihat lukisan tersebut.
Save the best for the last
Perjalanan lewat darat sungguh berat makanya gue pengen memanjakan diri pulangnya dengan naik pesawat Garuda dari Jakarta ke Palembang yang alhamdulillah lagi promo, beruntung banget gue dapet harga murah pas peak season liburan natal dan tahun baru. Selain itu gue punya kartu kredit yang kerjasama dengan lounge, hanya dikenakan Rp. 1 jika masuk ke dalam lounge. Kesempatan ini gue pake dengan makan, baca buku, makan lagi, istirahat, begitu terus sampai waktu flight datang.
“Backpacker bukan berarti kesusahan selama traveling tapi cerdas memanfaatkan peluang untuk traveling hemat tapi tetap nikmat”
Happy Traveling 😀
Ah, aku juga baru banget nih pulang dari Bali, tapi aku ke nusa penida nya, disitu juga keren bgt loh view-nya, nanti bakal aku pamerin juga di blog #gamokalah 😆😆
SukaDisukai oleh 1 orang
boleh2 mbak, sayangnya aku cuma ke denpasar sm ubud, kayaknya musti ke bali lagi lewat jalur udara hahaha
SukaSuka
Gili apa Mbak dan Bule itu, nggak-nggak aja lagi mereka berada di mana. Emang gak ada yang keingetan menyiram mereka dengan air, seperti kucing yang kawin di pojokan dapur kan biasanya disiram oleh nenek saya hehehe
SukaDisukai oleh 1 orang
iya mbak rasanya maluuu banget jd cewek indonesia saat itu, nggak lihat ada air mbak dan nggak kepikiran juga saat itu
SukaSuka
Pas di bali sih aku cuma ke kuta, tanjung benoa sama jimbaran aja, tp di nusa penida yg seru.. Bali emang asik bgt ya suasananya bikin ga pengen pulang, tp kelamaan dsana tar dompet jebol 😅😅
SukaDisukai oleh 1 orang
wah mantap nih tulisannya..traveing hemat tapi nikmat..tag line okey..btw itu hotel pasti serem, jadi inget hotel di bandungan saya hehe
SukaSuka
Kalau ke Bali naik bis, kemungkinan lewat kota asalku, Situbondo. Kecuali kalau rutenya ke Banyuwangi lewat Jember. Kamu ga mampir Baluran sekalian, mumpung ada di sekitar Banyuwangi. Traveling membuat mengerti karakter sebenarnya seseorang itu bener banget. Sampai saat ini, aku sama suami kalo lagi traveling selalu ada aja ga damainya. Rewelnya di aku sih sebenarnya haha. Rewel soal makanan dan kalau ngantuk langsung jadi Cranky. Pecel beringharjo itu favoritku! Kalau ke Jogja pastii mampir ke sana.
SukaDisukai oleh 2 orang
waktu itu musim hujan mbak, sebenarnya pengen ke Baluran sama Bromo tp karena hujan terus jd dibatalin, temen akrabku itu anaknya alim banget jadi datang ke Bali kayaknya kurang pas sepertinya Lombok atau Aceh lebih cocok
SukaSuka
iya org suka pikir klo backpacking itu ngegembel padahal enggak kalo tau caranya, serem mas tuh hotel tahu sendiri kan di malang msh banyak bangunan2 tua bekas Belanda atau rumah2 tua dr jaman dulu
SukaSuka
tapi seru klo backpackeran ya..kadang pengen, tapi sayangnya udah punya anak istri jadi gimana gitu klo backpacking sendirian hehe
SukaSuka
iya mas ini juga mau backpacking krn masih jomblo kalo sdh nikah yg penting liburan quality time sm keluarga yg gak bikin capek macem backpacking
SukaSuka
dipuas puasin mbak backpackingnya..saya kadang merasa sedikit menyesal dulu waktu jomblo jarang main jauh2 hehe..mainnya kota kota saja mentok Joglosemar hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
bukan destinasinya mas tp dengan siapa mas bersama saat melihat berbagai keindahan di bumi, kadang aku sedih lho cm nikmatin sendiri pengen ajak keluarga atau pasangan biar dinikmati bareng klo bisa dibungkus kayak makanan hehehe
SukaSuka
curhat ini mah namanya haha..hehe iya sih, ntar kalau ana saya udah rada gedean dikit diajak traveling pastinya..masih 6 bulan soalnya
SukaDisukai oleh 1 orang
sharing yang bagus, bisa jadi jalur alternatif.
traveling yang dicari bukan hanya pengalaman yang enak-enak saja, namun semua pelajaran di balik itu. entah menyenangkan atau tidak.
itulah traveller sejati:)
Terima kasih dan salam kenal Mbak.
SukaDisukai oleh 1 orang
salam kenal jg makasih sdh mampir, iya traveling itu ada pahit dan manisnya
SukaSuka
Aman deh masih ada manis-manisnya hahahha. Yang kasian itu kalau perjalanannya cuma ada pahit dan getir kakakakkakaka.
Besok-besok lanjut sampai NTT lewat jalur laut hahahhahah
SukaDisukai oleh 2 orang
pernah juga ngerasain ke bali jalan darat….amboi lamanya….tapi seru memang petualangan….
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju banget sama yang ini:
““Sahabat akrabmu atau sobat terbaikmu belum tentu cocok untuk jadi teman traveling, kualitas persahabatan juga tidak ditentukan oleh lamanya waktu”
Apalagi yang ini:
“Benarlah kiranya jika traveling mampu membuka cangkang dan kulit kami sedalam-dalamnya sehingga kami mampu melihat diri kami dalam wujud seasli-aslinya. Gabungan rasa capek, lelah, ego dan suasana hati membuat masing-masing dari kami sensitif dan terpancing emosi”
udah, gitu aja! :))
Dalem soalnya, mbak.
SukaDisukai oleh 1 orang
AAAA sebagai seseorang yg pernah lama tinggal di Bali jadi kangen Bali, mbak ❤ Kangen naik Sarbagitanya hehe. Semua pahit2nya mbak selama di Bali udah kurasain, termasuk transportasi darat Malang-Bali dan sebaliknya. Btw… Kayaknya jalan rusaknya yg ada di perkampungan aja deh mbak yg baru keluar dr pelabuhan Gilimanuk, sisanya kan OK.
Itu kue putu segede2 gaban harganya cuma gopek sebiji??? Murah bgt 😭😭😭
SukaDisukai oleh 1 orang
iya nggak tau ya tahun 2014 mbak backpacker ke Bali jalan rayanya kebanyakan jelek, mungkin sekarang udah bagus ya, iya murah mah klo makanan di jogja makanya kangen terus pengen balik ke jogja
SukaSuka
hehehe iya mbak tp sampe skrg persahabatanku awet kok dgn teman yg ini, cuma nggak cocok aja klo jd temen traveling beda selera soalnya
SukaSuka
kalo masih muda sih asyik klo skrg disuruh ke bali lewat darat gak sanggup #berasatua
SukaSuka
iya mau mas ke NTT lewat jalur laut, amiin biar lengkap tulisannya darat,udara dan laut yg kurang cuma perjalanan goib saja hahaha
SukaSuka
Oh mungkin ada perbaikan mbak hehe, saya ke Malangnya thn 2015 sih…
SukaSuka
Semakin lama waktu dan banyak tantangan yang dihadapi selama perjalanan, dari situ kerap terlihat karakter asli dari kita dan teman perjalanan kita 🙂
Saya termasuk menyukai perjalanan lewat darat dan estafet. Jarak tempuh memang jauh dan lama, tapi akan lebih banyak warna perjalanannya. Oh iya, saya kalau dari Malang mau ke Bali, misalnya, saya lebih memilih naik kereta api Tawang Alun dulu ke Banyuwangi. Nyampe Banyuwangi malam, lanjut nyebrang ke Gilimanuk. Di Gilimanuk, nunggu jam 2-3 dinihari buat naik bus kecil tujuan Denpasar/Padang Bai, hehehe.
Tapi seru Mbak, sumpah, perjalanan darat itu sebenarnya nagih! 😀
SukaSuka
buseeeet keren ya cerita si cewek indonesia yang sange sama bule terus main di atas kapal :))
btw, mereka mungkin mau bikin awkarin kali mbak? :))
SukaSuka
iya emang enak perjalanan lewat darat tapi waktunya lama sementara jatah cuti kerja terbatas
SukaSuka
apanya yg keren kak, bikin malu atuh, cewek indonesia kok kesannya gampangan banget gitu
SukaSuka
Buset naik daraaaat.. Hahah.. Aku naik kereta dari Jakarta – Jogja aja berasa gak sanggup, Mbak. Huhuhu.. Encok ku :’
Tapi perjuanganmu aku salut, Mbak. Jadi inget aku liburan jugak ke Sabang sama temen temen, hampir aja gak mau temenan lagi. Wkwkwk 😛
SukaSuka
komplit bangat dech cerita mu. jadi orang nga melulu lihat enaknya doang pas jalan2 yach. hehehehe.. bagian belanja di krisna buat ketawa hehehe, saking banyaknya barang yang lucu2 disana rasanya pengen beli semua yach.
SukaSuka
iya jalan2 itu cerita behind the scene nya banyak, kalap belanja di Krisna byk barang lucu dan murah pengen diborong semua alasannya nggak tau kapan lagi bisa ke Bali jd mumpung lg di sini belanja dulu nangis belakangan
SukaDisukai oleh 1 orang
klo sekarang udah nggak sanggup lagi soalnya faktor U alias umur, capek pengen2 jalan2 manja saja hahaha
SukaSuka
hahaha yaa anggap aja keren kak :))
SukaSuka
aku malah penasaran jalur darat
SukaSuka
jalur darat asyik emang lbh kaya pengalaman
SukaSuka
Aku belum pernah ke Bali mbak :’ fyuuuh.
Tapi btw, emang yang enak dari traveling gitu itu perjalanannya kok hehehe. Aku sebagai manusia geblek tingkat akhir, lebih suka perjalanan ketimbang menetap gitu. Pernah aku naik motor dari Jogja ke Purwokerto sehari doang. Jadi pas di jalan gitu lima jam. Sampai purwokerto cuma limabelas menit, habis itu balik lagi lima jam lagi.
Ya, aku geblek sih, mbak wkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
mumpung masih muda feb, tenaga masih kuat banyak2kin bertualang tp jgn geblek ya ntar gak bisa cuci mata kalau cm 15 menit hahaha
SukaSuka
Kayaknya lebih berasa jala-jalannya mbak pink, walaupun ada cerita pahit. balikan tempat wisata yang sudah melalang buana jadi wajar aja banyak peminatnya. travelling yang keren. lanjutkan mbak pink
SukaSuka
keren-keren perjalanannya.
Cuma belum pakai kostum pink kayaknya
SukaSuka
baru mas branding pink ini habisnya suka bingung pake baju apa pas traveling tp sejak jd pink traveler malah jd simpel cukup modal baju pink aja, lebih hemat hahaha
SukaSuka
betul sekali mbak, bahkan kalo perlu ranselnya warna pink jugaaa donk. Kayak pendaki pink yang warna tendanya juga pink
SukaDisukai oleh 1 orang
oh ya sudah ada ya pendaki pink hehehe, udah ada mas ransel pink cuma ukurannya kecil
SukaSuka
Hello mbak, salam kenal, saya Dewi, suka banget baca blogmu…mengalir banget,
Aku nge klik postingan yang ini karena baru juga dari Bali bulan Januari kemaren. Bali menurutku daerah wisata yang sangat mahal, kalau mau cari makanan yang sesuai harga kantong harus ubek2 tripadvisor dulu…nggak kayak kalau kt jalan ke Penang sama Thailand ya..makanan murah dimana-mana…..
Trus yang bagian diskriminatif itu loh, gemes banget, aku juga sering digituin pas lagi jalan di Danau Toba..ya orang kita masih banyak yang buleminded 😀 Service ke bule lebih wah dari kita yang orang sebangsanya..dikirain semua bule banyak uangnya…:D
Yang bikin aku geli yang mesum dipublik itu loh 😀 ha ha ha….kalau aku aku plototin itu mereka…ha ha ha..biar maluuu
SukaDisukai oleh 1 orang
salam kenal mbak Dewi, haduh pink jd malu ini cuma blog ala2 mbak Dewi makasih udah mampir
SukaSuka
Nggak loh…bagus kok 😉
SukaSuka
blog mbak Dewi barusan aku buka foto-fotonya cakep2 bener, haduh jd pengen belajar foto lebih serius
SukaSuka
Thank you dear…Ayo belajar sama sama 🙂 namanya siapa sih? aku td ke about nggak nemu namamu 😀 ha ha ha….
SukaSuka
namanya Nana mbak, tapi nama pena pake Inalova biar keren dikit
SukaSuka
kalau mau follow blog mbak Dewi dimana ya letak klik follow nya sudah kucari-cari
SukaSuka
Oh Nana..jadi aku panggil Inalova ya ? Namaku garing banget ya Dewi 😀 ha ha ha tapi disini dipanggil diwi sama bule2 ini… udah diajarin manggil yang bener ttp aja..
SukaSuka
😀 udah ada yang nanya sebelumnya..aku masih kontak provider Na, karena aku udah ubeg2 kemaren, blm bisa ..akhirnya si mbak itu bisa follow dari wordpress.com/following..:) Please cobain deh Na, kalau belum bisa , ntar aku kontak kamu kalau sudah dpt jawabannya ya 🙂 thanks looh
SukaSuka
panggil Nana aja mbak lebih akrab, foto2 mbak Dewi begitu personal, romantis, lembut dan natural. Aku sukaa, sukaaaaaa pake banget.
SukaDisukai oleh 1 orang
Wooow..kamu buat bahagia dihari yang dingin dan gelap ini Na 😀 makasih ya darling…semoga satu hr bisa motretin kamu 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
Eh kayaknya tadi udah aku balaslah, kok belum muncul ya..udah aku buat Na..silahkan di subscribe ya 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
siip mbak
SukaSuka
yipiieee 🙂
SukaSuka
done mbak hehehe, nggak sabar nunggu update postingan terbarunya
SukaDisukai oleh 1 orang
WKwkkw iya juga ya Mbak 😀 aaah, faigklah berpetualang 😀 wkwkwk
Iyaa eh mbak, aku udah geblek banget wkwkw sukanya lama dijalan aja 😀
SukaSuka
Makasih ya Na 🙂 xoxo
SukaSuka
Kalau sudah masuk dalam kota Denpasar dan Ubud sekitar Monkey Forest memang macet cet banget… makanya disarankan bawa roda dua sendiri. Tapi kalau di Bali Utara dan Bali Timur masih lengang kok, lain kali kalau ke Bali ke daerah sekitar sana saja, lebih tenang, hehe. Harga di Sukawati memang lebih murah namun mesti pintar menawar dan kalau bukan orang Bali (yang ketahuan dari bisa atau tidaknya berbahasa Bali) biasanya tetap diberi harga tinggi (pengalaman soalnya). Justru kalau bagi saya mending belanja di Krisna ketimbang di Sukawati, lebih tenang, hehe.
SukaDisukai oleh 1 orang
kalau ada waktu saya pun kepingin juga main main ke bali , khususnya di Pntai Kuta
SukaDisukai oleh 1 orang
amiin…semoga nanti bisa main ke Bali ya
SukaSuka
iya repotnya belanja di sukawati musti tawar2 an klo nggak jago nawar ya jatuhnya mahal juga, tp sensasi nawar itu beda berasa udah dpt yg murah sampe ketemu temen yg berhasil nawar lebih murah nah disitu berasa sedih hahaha
SukaSuka
Iya kalau itu mah namanya nyesek Mbak, haha.
SukaSuka
pawai ogoh-ogoh ramai sekali ya..
SukaSuka
iya ramai
SukaSuka
Saya malah merinding baca di poin Persahabatan nyaris bubar, karena disitulah pernah aku rasakan pas ke sepeda motoran sampai tulunganggung,
Untung saya bisa sabar dan mengalah. karena nampak sifat egoisnya keluar.
memang cari teman untuk traveling itu susah2 gampang :D.
Salam mbak,
SukaDisukai oleh 1 orang
Jadi teringat saat motoran ke tulungagung, sempat emosi namun aku tahan, saat teman sifat egoisnya muncul karena perbedaan pendapat, yang akhirnya aku sering mengalah.
SukaDisukai oleh 1 orang
Paling enak kalau ada promo tiket pesawat QZ yg free seat, trus sewa mobil (ada yg 150 ribu/hari),hotel di sana jg murah, contoh Horison Nusa Dua 300 an,dg kualitas sama hotel 500 ribuan di Bandung/Jakarta. Kalau hotel yg nyempil lbh murah lagi. Banyak saingan mungkin. Ubud memang unik ya, pernah lihat babi pink sebesar anak sapi dituntun jalan sama pemiliknya?.Bali suasananya lain, agak mistis saya rasa. Ttg persahabatan, paling rentan pas saat susah, disitu kelihatan karakter masing-masing.😀
SukaSuka
iya emang bali murah pas nggak musim liburan dan nggak pergi ke tempat wisata yang rame
SukaSuka
intinya harus ada yg ngalah egonya klo nggak bubar
SukaSuka
nyari travel mate emang susah kok
SukaSuka
gak kebayang capeknya mbak 😀 😀 😀
SukaSuka
Capek jiwa dan raga hahaha tp nagih kayak cinta
SukaSuka
aduuh mbak jadi pengen kesana juga kan hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah mba, dari Bali itu melipir dikit ke pelabuhan Lembar enak kayanya, nancep ke Lombok hehe.
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku buka blogmu kok gak bisa ya, bener itu alamatnya
SukaSuka
pengen menjelajahi bali utara, yang gak terlalu rame
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku juga belum ke bali utara, masih mau ke sana lagi
SukaSuka
zharnd.net mba hehe, akun wordpress ini blog yang terdahulu. Silahkan jika ingin mampir 🙂
SukaSuka
Benar banget yang bikin kesel di Bali tuh diskriminasi terhadap turis lokal, saya waktu itu nginep di gang popies line 2, di salah satu losmen dan sarapan harus ngambil sendiri 😁 males dah. Tapi bikin kangen juga dan yg gak terlupakan itu ya pas duduk seharian penuh bikin tepar 😁
SukaSuka
Benar banget yang bikin kesel di Bali tuh diskriminasi terhadap turis lokal, saya waktu itu nginep di gang popies line 2, di salah satu losmen dan sarapan harus ngambil sendiri 😁 males dah. Tapi bikin kangen juga dan yg gak terlupakan itu ya pas duduk seharian penuh bikin tepar 😁
SukaSuka
Kok sama ya, mau sarapan kok dicuekin makanan nggak diantar sementara kamar lain dianter
SukaSuka
[…] Pahit dan Manisnya Traveling Ke Bali Lewat Darat […]
SukaSuka
mantab sharenya mbak, salam kenal
SukaSuka
Salam kenal juga
SukaSuka